MOTTO : "KEPUASAN ANDA ADALAH ANUGERAH TERINDAH BAGI KAMI"

Artikel : Ketika Doa Sebagai Pelengkap Acara

“KETIKA DOA SEBAGAI PELENGKAP ACARA”
( Sebuah proses pembelajaran )
Oleh.
H.Marton Abdurrahman,S.Ag.M.HI


A. Refleksi Sejarah

Belum hilang dalam lembaran sejarah, bagaimana Nabi Adam a.s dipisahkan dengan istrinya Hawa r.a setelah mendapat hukuman dari Allah SWT atas pelanggarannya mendekati pohon khuldi di surga. Sejak saat itu,Nabi Adam sangat intens untuk mengakui kesalahannya dengan lantunan doa kepada Tuhan-Nya yang Maha Pemurah. Sehingga dengan Rahmat Allah, ia kemudian dipertemukan Allah dengan sang istri tercinta Hawa di bukit Arafah.

Begitupula ketika Nabi Yunus a.s ditelan seekor ikan yang menyebabkan ia berada di perut ikan selama 3 hari. Selama berada di perut ikan tak henti-hentinya ia merenung menyesal meninggalkan kaumnya yang tidak lagi ingin mentauhidkan Allah. Sambil merenung dan menyadari kesalahan dan kehilafanya, bibirnya tak pernah berhenti berdoa kepada Tuhan-Nya agar diampuni serta dapat dikeluarkan dari rahim ikan. Dengan Maha Rahim-Nya Allah, ia kemudian dikeluarkan dari perut ikan.
Ketika Nabi Musa a.s dikejar-kejar oleh bala tentara Fir’aun La’natullah yang menyebaban para pengikut Nabi Musa hampir berputus asa di tengah kondisi kritis itu, tampillah Nabi Musa. a.s meyakinkan bahwa yang akan menolong mereka adalah Allah pemilik kerajaan langit dan bumi sepanjang mereka khusyu’ bermohon kepada-Nya. Perintah untuk membelah laut dengan tongkatnya pun dilakukan Nabi Musa, sehingga laut terbelah dua yang menjadi jalan bagi pengikut Nabi Musa
Masih teringat pula di memory kita, bagaimana para petinggi kafir Quraisy mengeluarkan maklumat untuk menangkap atau membunuh Nabi Muhammad SAW dengan janji akan mendapat imbalan yang besar. Di sebuah gua yang dinamai Gua Tsur, seorang kafir Quraisy yang terkenal pada saat itu ahli dalam mengidentifikasi bau manusia hampir saja mengetahui jika di gua itu tempat persembunyian seorang yang selama ini dicari-cari. Dengan kemantapan hati Nabi Muhammad SAW, beliau meyakinkan Abu Bakar bahwa dengan melibatkan Tuhan dalam berbagai kesulitan, maka pertolongan akan segera datang.
Apa yang penulis paparkan di atas hanyalah merupakan contoh-contoh sebagai bukti sejarah bahwa para Nabi dan Rasul Allah mendapat pertolongan langsung dari Allah dengan kekuatan Doa. Pertanyaannya kemudian adalah “ maukah kita mengikuti jejak orang-orang di atas”?
Atau mungkin kita berpersepsi bahwa doa hanya cocok untuk para Rasul dan Nabi di zaman yang dulu dan tidak sesuai lagi dengan kondisi di mana kita berada di zaman modern seperti saat ini.

B. Pentingnya keterlibatan Tuhan

Bagi sebagian orang yang “memaknai” arti pentingnya keterlibatan Tuhan bagi kehidupannya, maka hal pertama dan terutama yang dia pikirkan dan lakukan adalah bagaimana kegiatannya mendapat ridha dari Tuhan. Namun, bagi sebagian orang yang “tidak memaknai” arti pentingnya keterlibatan Tuhan bagi kehidupannya, maka Ridha Tuhan menjadi tidak penting.
Berdoa adalah suatu usaha konstruktif dalam melibatkan Tuhan dalam setiap kegiatan karena dengan doa, orang yang memimpin berupaya keras untuk mengkomunikasikan antara kehendak langit dan keinginan bumi. Di sinilah para intelektual Muslim menamakannya dengan “proses transendent”. Dan ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah dalam arti tidak semua orang mampu melakukan hal itu.
Kaum sekuler modern yang berhaluan rasionalisme berpandangan bahwa dengan kemampuan pikiran manusia, maka akan mampu menghasilkan suatu out put sesuai dengan rencana yang ada dalam benak manusia. Tapi, dalam tataran empirisme, tidak sedikit dari usaha dan upaya manusia harus kandas akibat berani melawan kehendak Tuhan. Disinilah diperlukan adanya usaha menghadirkan Tuhan dalam setiap langkah dan tindakan.
Mungkin ini yang menyebabkan, jika digelar acara diskusi tentang penyediaan sarana infrastruktur daerah seperti pembangunan gedung kantor, maka terdapat satu kelompok yang berusaha membangun gedung yang kokoh sementara kelompok lain berupaya meruntuhkan apa yang telah dibangun (material oriented), atau ketika digelar talk show penanggulangan banjir, satu kelompok berusaha keras untuk mencari solusi terbaik dan lainnya berupaya membuka kran banjir (personal oriented). Begitu pula jika digelar acara pelantikan pejabat daerah, maka satu kelompok menghendaki adanya perubahan (changes), namun kelompok lainnya mempertahankan status quo.
“apakah ini bukan sinyal bahwa berkah Tuhan belum mengiringi setiap langkah dan usaha manusia”? padahal penting sekali untuk mendapatkan ridha atau restu dari Tuhan. (everything is according to God’s blessing)
Siapa yang percaya bahwa dengan peralatan serba terbatas dari para pejuang kita di Republik ini mampu mengalahkan peralatan serba canggih kaum imperialis barat. Sehingga para preambel UUD 1945, tertulis jelas bahwa Kemerdekaan diperoleh merupakan berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa. Sekali lagi terbukti bahwa para founding fathers kita pun meyakini bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang mampu mengantarkan usaha dan kegiatan manusia ke arah kesuksesan.

C. Doa sebagai pelengkap acara

Penulis tidak tahu persis kenapa ini sampai diangkat ke pemermukaan, apakah ini merupakan hasil pengamatan penulis di suatu acara resmi atau bukan. Atau mungkin karena penulis terlalu yakin bahwa hanya Tuhan yang mampu membuat kegiatan manusia itu berhasil sehingga harus dihadirkan. Mungkin juga karena, serentetan kenyataan-kenyatan pahit yang penulis amati selama ini di mana tidak sedikit kegiatan yang dilakukan manusia harus berakhir dengan kegagalan-kegagalan. Tapi penulis tetap pada prinsip berbaik sangka bahwa doa memang penting sebagai upaya untuk menghubungkan kehendak bumi (manusia) dengan keinginan langit (Tuhan) sehingga terwujud suatu hasil yang memberi manfaat ( use-ful) terhindar dari ketersia-siaan (use-less).
Kalu kita rasional berfikir dan objektif dalam menilai. Memang nyata terlihat di bebarapa acara resmi menghadirkan para pejabat penting bahwa doa di zaman modern ini hanyalah sebagai pelengkap acara semata-mata. Akibatnya, ketika pemimpin doa belum datang, maka para panitia pelaksana pun sibuk mengeluarkan HP-nya dan berupaya dengan sisa-sisa pulsa yang dimilikinya menghubungi sang pemimpin doa karena acara belum dapat dimulai sementara pejabat sudah berada di kursi kebesarannya, tetapi sebaliknya ketika acara sudah selesai, maka pemimpin doa pun pulang tanpa pengawalan.
Penulis lagi-lagi tidak tahu, apakah doa ini memang penting dimasukkan dalam item acara atau tidak. Tetapi yang pasti bahwa acara tidak dimulai kalau belum ada di antara hadirin yang sanggup membaca al-Quran sebagai layaknya suatu mukaddimah doa. Penulis pun lagi-lagi berbaik sangka (positif thinking) bahwa memang kita semua warga Indonsia sangat menghargai orang yang mampu menghubungkan antara dirinya dengan Tuhan.
Sebenarnya, kita semua adalah Muslim yang taat, kita pun warga Indonesia yang mengakui keunggulan orang lain, sehingga prinsip the right man on the right place betul-betul kita jalankan. Bahwa doa merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena harus mampu menghubungkan kehendak langit dan bumi, maka kita serahkan kepada orang yang lebih tepat dan bisa untuk itu.
Penulis juga pernah dibingungkan oleh salah seorang teman ketika menghadiri suatu acara resmi, ternyata salah seorang yang dekat dengan podium kehormatan membisikkan ketelinga pemimpin doa seraya berkata ” mas doanya jangan menyinggung perasaan te boss karena nanti mo dapa tersinggung dan instruksikan bawahannya untuk tidak lagi mengundang ente”
Kebingungan penulis terletak pada bagaimana kualitas doa itu ketika harus mengikuti kehendak orang-orang yang duduk di kursi kebesaran? Dan bagaimana mutu suatu doa jika ia berpihak pada kelompok-kelompok tertentu? Serta bagaimana beban dan tanggung jawab seorang pemimpin doa jika harus mempertemukan antara kehendak orang perorang dengan ke-Maha mutlakan Tuhan sebagai pengabul permintaan? Apa nantinya sang pemimpin doa tidak akan dimintai pertanggungjawabannya di hari pembalasan akibat memaksakan kehendak Tuhan.? It is very confusing and extremely hard to be leader of praying.
Jika demikian halnya, maka doa membutuhkan kerja keras otak karena sebelum doa dibacakan harus terlebih dahulu memeprtimbangkan semua aspek sehingga tidaklah pas jika acaranya adalah pelantikan pejabat, namun doa yang disampaikan adalah semoga arwahnya diterima disisi Tuhan. Atau sebaliknya jika acaranya adalah arwah, lalu kemudian materi doa adalah besyukur atas karunia dan nikmat Tuhan. Apa ini tidak membingungkan malaikat yang mendengar permohonan ini. Artinya harus disesuaikan dengan acara yang dilaksanakan dengan doa yang disampaikan. Dan inilah yang penulis maksudkan sebagai profesional dalam melakukan pekerjaan ( expert to do anything)
Untuk itulah diperlukan sebuah rekonstruksi tindakan bagi setiap pelaksana kegiatan bahwa menghargai hasil kreasi orang lain menjadi suatu keharusan. ( it needs to appreciate the ability of other man)
Semoga insya Allah semua kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya, karena orang bijak adalah orang yang tidak ingin lagi mengulangi perbuatan keliru pada kesempatan yang lain ( the wise man is the man who will not repeat a wrong in other chance). Mudah-mudahan kita semua termasuk ke dalam hamba-hamba Tuhan yang bijak. Wallahu a’alm bi al-shawab




Tidak ada komentar :

Posting Komentar